PERANAN CAHAYA MATAHARI PADA TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L)
PERANAN CAHAYA MATAHARI PADA TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L)
PENDAHULUAN
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa
pohon batang lurus dari famili Palmae. Ada dua pendapat mengenai asal usul
kelapa yaitu dari Amerika Selatan menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan
Thor Herjerdahl dan dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil,
Mayurathan, Lepesma, dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh
Vasco da Gama, atau dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi,
ganz-ganz, nargil, narlie, tenga, temuai, coconut, dan pohon kehidupan.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman
serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian
pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini
sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari
pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan
manusia sehari-hari.
Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang
sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar
matahari, temperatur, curah hujan, kelembaban, keadaan tanah dan kecepatan
angin. Disamping itu, iklim merupakan faktor penting yang ikut menentukan
pertumbuhan tanaman kelapa.
Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama
karena perannya dalam kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan serta pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan
dan pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan,
reproduksi dan hasil tanaman melalui prosesfotosintesis. Penyerapan cahaya oleh
pigmen-pigmen akan mempengaruhi pembagian fotosintat ke bagian-bagian lain dari
tanaman melalui proses fotomorfogenesis (Nurshanti, 2011).
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman melalui tiga sifatnya yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat cahaya tersebut terhadap pertumbuhan tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan antosianin (pigment merah), perubahan suhu daun dan batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma (Aji et al, 2015).
PEMBAHASAN
Fotosintesis Pada Tanaman Kelapa
Prinsip dasar dari produksi
tanaman pertanian adalah konversi energi sinar matahari (energi surya) menjadi
energi kimia (senyawa organik) dan dapat diambil oleh manusia dalam bentuk
biji, buah, bunga, daun, batang, akar dan sebagainya. Produksi senyawa organik
yang dihasilkan oleh proses fotosintesis tergantung pada tersedianya air, CO2,
energi matahari dan tidak terdapatnya senyawa toksik disekitar tanaman. Organ
fotosintetik yang berperan dalam proses fotosintesis adalah stomata dan
klorofil (Prawiranata et al., 1981).
Produksi kelapa
ditentukan oleh kepadatan populasi per satuan luas. Berbagai pola tanam
menyebabkan perbedaan kepadatan populasi. Pada jarak tanam yang rapat,
daun-daun kelapa akan tumpang tindih. Apabila jarak tanam diatur lebih lebar
maka mahkota daun akan berkembang dengan baik. Sesuai kedudukan daun pada tajuk
yang berbentuk spiral, maka masing-masing daun akan menerima aliran CO2 maupun
sinar matahari sampai ke daun-daun terbawah. Berdasarkan kedudukan daun, Menon
dan Pandalai (1960) menggolongkan daun-daun kelapa atas empat kelompok.
Kelompok 1, terdiri atas 10-12 daun (dihitung dari daun tua), pada daun
tersebut terdapat buah yang sudah dapat dipanen. Kelompok 2, terdiri atas 10-12
daun yang aktif menyanggah tandan buah pada berbagai tahap perkembangannya.
Kelompok 3, terdiri atas 10-12 daun yang menyanggah mayang dengan beberapa
tahap perkembangan. Kelompok 4, terdiri atas daun-daun muda hingga daun tombak
yang sedang dalam tahap perkembangan.
Daun kelapa mempunyai
stomata (mulut daun) pada permukaan bawah anak daun (abaxial), berjumlah
sekitar 200/mm (Purseglove, 1978). Jumlah dan ukuran stomata per unit area
berbeda antar spesies tanaman dan antar daun pada setiap spesies. Keadaan tajuk
mempengaruhi keragaan stomata serta kandungan klorofil, dan selanjutnya
berpengaruh terhadap fungsi stomata dan klorofil sebagai organ fotosintetik.
Selain itu, lingkungan tumbuh mempengaruhi keragaan stomata. Daun yang tumbuh
pada kondisi kering dan menerima intensitas cahaya yang tinggi cenderung
mempunyai stomata yang lebih kecil dan banyak dibanding dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi lembab dan terlindung (Noggle dan Fritz, 1983). Menurut
Manthriratna dan Sambasivan dalam Ohler (1984), keragaan stomata adalah
karakteristik suatu varietas kelapa. Fungsi stomata adalah sebagai pengatur
penguapan, masuknya CO2 dari udara dan keluarnya O2 ke udara selama proses
fotosintesis dan arah sebaliknya pada saat respirasi (Woelaningsih, 1984).
Tempat Terjadinya
Fotosintesis
Penggunaan energi
matahari dalam proses fotosintesis dimungkinkan karena adanya pigmen berwarna
hijau yang disebut klorofil. Klorofil terdapat di dalam kloroplas tanaman dan
dikenal antara lain klorofil a (C55H72O5N4Mg) dan klorofil b (C55H7O6N4Mg).
Klorofil tersebut mengabsorbsi sinar dengan panjang gelombang 400-700 nm yaitu
sinar biru hingga merah jingga (Darmawan dan Baharsyah, 1983). Menurut Mathew
dan Ramadazan (1975) produksi kelapa erat kaitannya dengan jumlah daun,
kandungan klorofil dan kecepatan fotosintesis.
Proses Fisiologis
Fotosintesis
Proses fotosintesis yang
terjadi di daun kelapa adalah sebagai berikut. Pertama yang terjadi adalah
asimilasi Co2. Transformasi CO2 ke CH2O dimulai dari difusi CO2 di
udara yang masuk ke kloroplas di jaringan mesofil daun hijau. Ada 3 (tiga) fase
dari penghalang difusi CO2 dalam
kloroplas, yaitu:
Fase pertaman adalah masuknya CO2 melalui stomata. Setelah itu terjadilah proses berikut.
Fase selanjutnya
adalah proses fotokimia dimana cahaya diserap sebagian besar oleh klorofil dan
dikonversi menjadi energi listrik yang memicu pembentukan energi yang kaya akan
bahan kimia ATP (adenosine triphosphate) dan NADPH (nicotinamide
adenine dinucleotide phosphate). Fase terakhir adalah proses biokimia
dimana CO2 diubah menjadi CH2O
menggunakan energi ATP dan NADPH. Proses fotosintesis adalah proses untuk menghasilkan
oksigen (O2) dan CH2O. CH2O digunakan untuk pemeliharaan respirasi, respirasi
pertumbuhan, dan produksi bahan kering struktural.
H2O
+ CO2 CH2O
+ O2
Pada fotosintesis, reaksi yang terjadi meliputi reaksi
terang dan reaksi gelap. Reaksi terang merupakan proses dalam fotosintesis yang
menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Proses ini diawali dengan penangkapan
foton oleh pigmen (Alberts et al., 2002). Reaksi terang tidak menghasilkan gula
(glukosa). Pembentukan gula terjadi pada tahap kedua fotosintesis yaitu reaksi
gelap atau dikenal dengan siklus Calvin.
Tahapan kedua setelah reaksi
terang adalah siklus Calvin (reaksi gelap). Reaksi ini merupakan reaksi kimia
untuk mengubah karbondioksida dan komponen lainnya menjadi gliseraldehida
3-fosfat (G3P) yang kemudian digunakan untuk membentuk glukosa (Panji Tok,
2019)
Penangkapan energi
cahaya pada reaksi terang melibatkan dua system cahaya (fotosistem) yaitu
fotosistem 1 dan fotosistem 2. Fotosistem adalah molekul protein kompleks yang
terdapat di dalam membran tilakoid. Klorofil yang terdapat di dalam fotosistem
I (PS I) akan menyerap foton (energi cahaya) dengan maksimal panjang gelombang
700 nm sedangkan klorofil pada fotosistem II (PS II) akan menyerap maksimal
panjang gelombang cahaya 680 nm.
Fotopriode dan Pembungaan
Tanaman Kelapa
Fotoperiode merupakan rasio relatif antara panjang waktu
penyinaran matahari pada siang dengan malam hari. Fotoperiodisme ialah
tanggapan perkembangan tumbuhan terhadap fotoperiode. Pengaruh respon tersebut
dapat pada pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Pertumbuhan vegetatif yang
dipengaruhi oleh fotoperiode ialah pembentukan bulb dan umbi, pembentukan
cabang, bentuk daun, pembentukan pigmen, pembentukan rambut, perkembangan akar,
dormansi biji dan kematian. Pertumbuhan reproduktif tanaman yang dipengaruhi
oleh fotoperiode ialah pembentukan bunga, buah dan biji (Stirling, et
al., 2002).
Fotoperiodisitas atau
panjang hari dan didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari dihitung
mulai dari matahari terbit sampai terbenam. Panjang hari tidak terpengaruh oleh
keadaan awan karena pada lama penyinaran bisa berkurang bila matahari tertutup
awan, tetapi panjang hari tetap (Sugito, 1994).
Panjang hari berubah
secara beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda
pada setiap tempat menurut garis lintang. Pada daerah katulistiwa, panjang hari
sekitar 12 jam, semakin jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang
sesuai dengan pergerakan matahari. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin
lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses
fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak
sepenuhnya benar karena beberapa tanaman memerlukan lama penyinaran yang
berbeda untuk mendorong fase pembungaan. Fotoperiodisitas tidak hanya
berpengaruh terhadap jumlah cadangan makanan yang dihasilkan oleh suatu
tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman.
Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran
minimum 120 jam/bulan atau 2000 jam/tahun sebagai sumber energi fotosintesis.
Bila dinaungi, pertumbuhan tanaman muda dan buah akan terlambat. Pada
bulan-bulan dimana jumlah penyinaran per bulan lebih tinggi dari rata-rata,
jumlah produksinya biasanya menjadi lebih banyak.
Cahaya sangat berpengaruh pada saat pembungaan
tanaman. Cahaya yang digunakan ialah cahaya visible light yang mempunyai
panjang gelombang antara 400-750 μm. Visible light/visible spectrumialah cahaya
yang terdiri atas beberapa macam warna dan panjang gelombang, antara lain:
violet 400-435 μm, biru 435-490 μm, hijau 490-574 μm, kuning 574-595 μm, orange
595-626 μm, merah 626-750 μm (Sugito, 1994).
Penggunaan cahaya sebagai sumber energi pada tanaman
mempunyai 3 faktor penting yaitu: intensitas, kualitas dan fotoperiodesitas.
Cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu bercahaya. Di daerah tropis
dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu fotorespirasi
cepat dan mengakibatkan sintesis protein berkurang. Kualitas cahaya memberikan
pengaruh berbeda terhadap proses-proses fisiologi tanaman. Spesies atau
berbagai jenis tanaman juga mempunyai tanggapan yang berbeda-beda pada setiap
kualitas cahaya. Distribusi panjang gelombang berbeda dari pagi sampai sore.
Panjang gelombang pendek terjadi pada pagi hari, semakin sore panjang gelombang
panjang bertambah. Oleh karena itu proses fotosintesis paling efektif adalah
sesudah siang hari. Sebagian besar kajian fotoperiodisme menekankan pada proses
pembungaan. Proses pembungaan tanaman merupakan keberhasilan dalam pembentukan
biji (Stirling, et al.,2002). Pembungaan pada tanaman dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu: fotoperiode, fitokrom dan ritme/jam biologi tumbuhan.
KESIMPULAN
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses pertumbuhan tanaman melalui tiga sifatnya yaitu intensitas cahaya,
kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari).
DAFTAR PUSTAKA
Alberts
et al. 2002. Molecular Biology of The Cell 4th Edition. New York:
Garland Publishing.
Aji
I.M.L., Sutriono R., Yudistira, 2015. Pengaruh Media Tanam dan Kelas
Intensitas
Cahaya Terhadap Pertumbuhan Benih Gaharu (Gyrinops versteegii). Jurnal Media
Bina Ilmiah9(5) : 1-10
Tok,
Panji. 2015. Reaksi Gelap Fotosintesis Siklus Calvin.
https://www.edubio.info/2015/05/reaksi-gelap-fotosintesis-siklus-calvin.html.
Diakses pada 07 November 2020.
Litbang
pertanian.
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/modul/26-budidaya_kelapa.pdf
Nurshanti,
2011. Pengaruh Beberapa Tingkat Teradap Pertumbuhandan Produksi
Tanaman
Seledri (Apium graveolens L.) di Polibag. Jurnal Agronobis3(5) :12-18
Noggle, G. R. and G. J. Fritz 1983.
Introductory Plant Physiology. Prentice
Hall. P. 627.
Ohler, J. G. 1984. Coconut. Tree of
Life. F. A. O. Rome.
Prawiranata,
W., S. Haran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar fisiologi
tumbuhan. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Purseglove, J. W. 1978. Tropical crops:
Monocotyledons. Longman Group.
London.
Stirling, K. J., R.
J. Clark, P. H. Brown and S. J. Wilson.2002. Effect Of
Photoperiod On Flower Bud Initiation And Development
In Myoga (Zingiber Mioga Roscoe). Scientia Horticulturae. Vol. 95. Issue 3.
Pages 261-268.
Sugito, Y. 1994.
Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya
Malang.
Woelaningsih,
S. 1984. Botani dasar. Penuntun praktis sitologi. Fakultas Biologi.
UGM. Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar