LAPORAN LAB FISTUM INISIASI AKAR
INISIASI AKAR
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sistem
akar melayani tanaman dengan pengambilan air dan zat hara dari tanah.
Sebenarnya banyaknya air dan zat hara yang diperoleh dari atas tanah seperti
dari embun, hujan dan debu biasanya tak berarti. Bentuk sistem akar
kelihatannya ditentukan oleh kebutuhan untuk menyekap tenaga penyinaran
menghadapi persaingan dengan tanaman sekitarnya. Disamping itu akar juga
berperan dalam pengaturan pertumbuhan utama sitokinin dan giberalin dihasilkan
diujung-ujung akar (Goldsworthy
and Fisher, 2004).
Sifat
perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang
bersangkutan, tetapi pula ditentukan oleh sistem perakaran tanaman tersebut
dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Faktor yang
mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain adalah penghalang mekanis, suhu
tanah, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur hara (Lakitan, 2000).
Inisiasi
akar merupakan proses terbentuknya akar tanaman dari stek. Panjang akar
merupakan hasil perpanjangan sel-sel dibelakang meristem batang. Perbanyakan
tanaman dengan mudah dapat kita lakukan dengan banyak cara. Ada yang tingkat
keberhasilannya tinggi, ada pula tingkat keberhasilannya rendah. Ini semua
tergantung oleh banyaknya faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih,
jenis tanaman, waktu perbanyakan, keterampilan kerja, dan sebagainya (Thompson and Relly, 2007).
Dimulainya
fase reproduktif bermula dengan inisiasi malai, yang biasa terjadi antara 30
dan 40 hari setelah kemunculan tetapi dapat berubah-ubah, menurut genotipe dan
kondisi dari 14 sampai lebih dari 90 hari pada beberapa kultivar Afrika Barat.
Waktunya sangat dikendalikan oleh foto periode dan suhu. Sorgum merupakan suatu
spesies pendek dan adanya fase juvenih. Semakin pendek foto priode semakin
cepat inisiasinya. Inisiasi juga akan tertunda oleh suhu yang hangat dan suhu
yang dingin (Goldsworthy dan Fisher, 2004).
Sel-sel
baru dari meristem ujung akar mungkin dibagi ke pelebaran akan atau ke
pelebaran tudung akar. Tudung akan memainkan peranan penting dalam melindungi
meristem akar dari kerusakan fisik selama penerobosan tanah dan mungkin dalam
menunjukkan arah penerobosan. Sel-sel tudung akar yang terkelupas juga
memberikan pelumas untuk ujung yang sedang tumbuh menjadi tambahan bahan
organik tanah. Tudung akar menghasilkan asam absisat, suatubahan pertumbuhan
bahan tanaman (Hopskin, 2005).
Tujuan percobaan
Tujuan percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati pertumbuhan stek tanaman pada
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.
Kegunaan percobaan
Kegunaan percobaan
Adapun
kegunaan percobaan Ini adalah Sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. Dan sebagai bahan
informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (2005), sistematika bahan dari Bugenvil adalah sebagai
berikut :Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Dicotyledoneae, Ordo :Centrospermae, Famili:Nyctaginaceal, Genus:Bougainvillea, Spesies:
Bougainvillea
spectabilis
Bugenvil
termasuk jenis tanaman perdu, batang atau pohonnya kokoh, memanjat, berduri
pada ketiak daun yang letaknya menjauhi batang, membengkok, panjang 5-15 m,
ranting dan karangan bunga kerap kali berambut jingga. Duduk daun tersebar
sampai berhadapan, bertangkai, berbentuk bulat telur atau bulat telur
memanjang, meruncing, panjang 4-10 cm dan lebar 2-6 cm. Tepi daun kerap kali
rata. Bunganya majemuk campuran tersusun dalam malai anak payung yang
bertangkai (Suryowinoto, 2007).
Tanaman
bugenvil ini merupakan tanaman hias bunga yang warnanya sangat beragam dan
spektakuler. Tumbuh semak menjalar dengan batang berduri. Perbanyakannya
biasanya dengan stek batang ataupun cabang (Arifin, 2005).
Struktur
batang merupakan pohon yang berkayu keras penampangnya bulat, bercabang dan
beranting banyak, sehingga tanaman ini diabaikan tumbuh alami dapat mencapai
ketinggian 15 cm. Daun-daun tumbuh rimbun secara tunggal, bentuknya mirip
jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun ada
pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dengan putih atau hijau
bercampur kekuning-kuningan (Rukmana, 2005).
Bunga
tanaman ini dibedakan atas dua macam yaitu bunga asli dan palsu (Bractea).
Bunga asli tentunya seperti tabung, berukuran kecil dan panjangnya sekitar 2
cm, serta berwarna putih. Sedangkan bunga palsu tampak cantik, tersusun dalam
tangkai yang lebat dan menjuntai, berwarna putih, merah, jingga, merah hati,
ungu ataupun kombinasi dari warna-warni tersebut. Bunga palsu ini sebenarnya
adalah daun penumpu yang berfungsi sebagai perhiasan bunga (Rukmana, 2005).
Syarat tumbuh
Iklim
Tanaman
ini biasa ditanam secara massal ataupun individu, sering juga dalam pot maupun
planter box di patio serta tanaman atap, tanaman ini juga menyukai cahaya penuh
dengan kelembapan yang sedang, tetapi sangat toleran terhadap kekeringan
(Arifin, 2005).
Dapat
tumbuh dengan baik didaratan tinggi ataupun rendah hingga ketinggian 1.400
meter diatas permukaan laut. Tanaman hias ini membutuhkan cahaya matahari penuh
untuk proses pembungaannya. Untuk didaerah yang tergolong subur dengan curah
hujan cukup tinggi, media tanah yang digunakan
biasanya dicampur dengan media berupa puing-puing
bangunan
(Endah, 2002).
(Endah, 2002).
Pada
fase awal pertumbuhan, Bugenvil membutuhkan curah hujan atau air tanah yang
memadai. Namun setelah memasuki fase reproduktif berbunga justru lebih
menyerangi keadaan iklim kering. Disamping itu, Bugenvil menghendaki sinar
matahari yang langsung dan insensitasnya panjang sehingga cocok ditanam
ditempat terbuka atau tanaman luar ruangan. Mencermati sifat pertumbuhan
Bugenvil secara alami menunjukkan bahwa pada musim hujan tidak berbunga atau
hanya tumbuh daun dan pucuk-pucuknya saja, kemudian pada musim kemarau berbunga
lebat. Sesuai massa pembungaannya, tanaman ini akan mengalami massa istirahat
pertumbuhan selama kurang lebih 2 bulan, dan berikutnya akan berbunga kembali
(Rukmana, 2005).
Tanah
Bugenvil
tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 0-1200 m dpl. Pada tanah-tanah
yang kering dan miskin, bugenvil lebih sering berbunga. Tetapi pada tanah-tanah
yang subur pertumbuhannya badaniayah malah berlebih-lebihan. Karna bunga ini
bisa berbunga sepanjang tahun (Sastrapradja, dkk, 2007).
Bugenvil
juga menyukai tanah berpasir, berhumus, berdrainase baik. Maka pemupukan
diperlukan agar rajin berbunga, yaitu tiga kali sebulan dan pemangkasan beriuk
perlu dilakukan secara reguler (Arifin, 2005).
Media
tanam atau lahan yang akar ditanami harus diusahakan yang subur, gembur, dan
drainase diatur dengan baik. Penyiraman dan pemupukan harus dilakukan secara
teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada fase pertumbuhan, perlu dipupuk
dengan pupuk yang mengandung Nitrogen tinggi, sedangkan pada saat tanaman akan
mul;ai berbunga, perlu dipupuk dengan pupuk fosfor yang tinggi. Pemupukan dapat
menggunakan pupuk buatan maupun pupuk kandang (Suryowinoto, 2007).
Tanaman
bugenvil memiliki karakteristik yang unik dalam persyaratan lingkungan tumbuh
untuk pembungaan. Pada tanah yang subur pada musim hujan tanaman ini tidak atau
kurang produktif berbunga. Sebaliknya pada tanah yang kurang subur (miskin
hara) dan keadaan tanahnya kering, justru akan berbunga lebat, terutama musim
kemarau (Rukmana, 2005).
Perbanyakan Tanaman dengan Stek
Batang
Tanaman yang dihasilkan dari stek
biasanya mempunyai persamaan dalam unsur, dalam ukuran tinggi, ketahanan
terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Dan kita juga memperoleh tanaman
yang sempurna serta tekniknya yang sangat sederhana. Untuk memudahkan
pertumbuhan akar pada stek ini, kita perlu mengikuti sebagian kayu dari batang
induk, sehingga bentuk stek cabang ini tidak hanya lurus tetapi bertumit atau
dapat berbentuk seperti martil (Widianto, 2000).
Bahan
stek batang yang diambil dari potongan batang, cabang atau ranting yang
digunakan untuk bahan stek sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
Batang, cabang atau ranting yang tua umumnya berwarna kecoklatan, keras dan
bagian luarnya tertutup jaringan kulit yang sudah mati. Batang cabang dan
ranting yang muda akan berwarna keputih-putihan dan lunak. Agar proses
penyetekan berhasil, sebaiknya hindari pemakaian bahan stek yang kering akibat
penguapan atau bagian tanaman yang rusak akibat terinfeksi mikroba atau jamur
bagian tanaman yang dipilih sebaiknya yang bisa cepat menghasilkan akar dan
tunas yang baru, sehingga stek dapat segera mencari dan memproduksi makanan
yang diperlukan (Rahardja dan Wiryanta, 2003).
Mudahnya stek untuk berakar tergantung pada
spesiesnya, ada yang mudah sekali untuk berakar, cukup dengan media air saja,
akan tetapi banyak juga yang sukar untuk berakar walaupun dengan perlakuan
khusus. Pada pinus, kulitnya, batangnya memiliki banyak saluran resin yang
arahnya vertikal. Resin itu menutupi ujung stek dan melintangi absorbsi air
(Thomson and Kelly, 2007).
Media Tanaman
Ada beberapa
macam tanah yang bisa digunakan dalam media tanam untuk tanaman hias, antara
lain tanah pasir, tanah lempung, dan tanah geluh. Untuk tanah geluh ini
mempunyai sifat diantara, tanah pasir dan tanah lempung. Sehingga sangat baik
untuk digunakan dalam media tanaman hias. Pada umumnya campuran yang digunakan
adalah bila tanaman yang suka keadaan kering maka ½ bagian pasir, ½ bagian
pupuk kandang 1 lapis pecahan batu merah di dasar pot. (Wianta, 2003).
Karena
akar tanaman yang tumbuh dalam pot ruang geraknya sangat terbatas maka tanah
yang ada dalam pot tersebut haruslah
dijaga agar bisa memberikan zat makan yang cukup. Selain mengandung zat makan
yang cukup, tanah dalam pot juga diusakan mengandung air serta udara dan
kegemburannya juga harus sering kita perhatikan. Sebab meskipun zat makanannya
tidak kurang, tapi kalau air, udara serta kegemburannya kurang maka pertumbuhan
akar juga akan terganggu. Kandungan zat makanan serta kondisi tanah disatu
tempat tidak pernah sama dengan tempat lain. Maka sebelumnya tanah-tanah
tersebut mestilah diteliti. Apakh bisa langsung digunakan tau perlu campuran
lain (Rahardi, 2001).
ZPT ( Zat Pengatur Tumbuh )
Zat
pengatur tumbuh atau ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang tidak
termasuk unsur hara mineral. Ada lima kelompok ZPT yang terdapat dalam tanaman,
yaitu auksin, giberelin, cytokinin, ethylene dan inhibitor. Setiap jenis ZPT
tersebut. Memiliki cara kerja dan pengaruh yang berlainan. ZPT dibutuhkan
tanamna dalam jumlkah yang sedikit dan keadaannya dapat m,endukung, menghambat,
atau mengubah proses fisiologi tanaman. ZPT dibentuk secara alami oleh tanamn
untuk menunjang proses fisiologinya, tetapi seiring dengan perkembangan
teknologi saat ini telah dibuat tiruannya. Pengaruh dan efektivitas kerjanya
sama dengan ZPT alami (Endah, 2002).
Zat
perangsang atau zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk mempertahankan
dan meningkatkan produksi bungan atau macam zat perangsang bunga yang
berpengaruh baik terhadap pembungaan. Penanamana dengan stek harus mendapatkan
penanganan secara khusus dengan jalan memberikan hormon perangsang pertumbuhan
akar. Zat pengatur tumbuh yang diguanakan adalah IBA dan NAA (Indol Butyric
Acid danb Naphthalene Acetic Acid) (Sunaryono, 2004).
Konsentarasi optimal IAA untuk
pertumbuhan tunas hanyalah 1/1000 konsentrasi optimal untuk perpanjangan sel.
Oleh karena itu konsentrasi IAA yang tinggi menekan perkembangan tunas. Apikal
yang dominan terus terjadi sampai jarak tertentu dari ujung batanga sehingga
konsentrasi auxin menjadi kecil dan tidak menghambat perkembangan kuncup tetapi
mendorongnya (Endah,
2002).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu percobaan
Percobaan
ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatra Utara, Medan. Pada ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan
ini dilakukan pada tanggal 08 Maret
2018 sampai dengan Selesai.
Bahan dan
Alat
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang bunga bugenvil sebagai tanaman
yang akan ditanam, pasir sebagai media tanam, topsoil sebagai campuran pasir
untuk media tanam, Labu nama untuk tempat media tanam dan rootore. F sebagai
alat perangsang akar.
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass sebagai tempat
larutan rootone f, gunting/pisau untuk memotong tanaman, plastik untuk
menyungkupi tanaman yang baru ditanam, gembor untuk menyiram tanaman; cangkul
untuk mengambil tanah dan mencampurnya.
Prosedur percobaan
1. Dipilih
cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda sepanjang ±
30 cm.
2. Direndam cabang bagian bawah dalam root
one f selama beberapa menit.
3.
Diisi media kedalam polibag yaitu
campuran topsoil dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 lalu disiram dengan air.
4.
Ditanam
tanaman, disiram sedikit air, lalu tanaman disungkup dengan plastik transparan lalu diikat dengan tali
plastik.
5.
Diamati pertumbuhan tanaman setiap
minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komediti :
Bougainvillea spectabilis
Parameter : Jumlah Tunas
Tanggal Pengamatan
|
JUMLAH TUNAS
|
|||||
Direndam Air Destilata
|
Direndam
IAA 1mg/L
|
Direndam IAA 0,1mg/L
|
||||
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
|
15-03-2018
|
1
|
3
|
-
|
-
|
0
|
3
|
23-03-2018
|
4
|
11
|
7
|
3
|
6
|
5
|
29-03-2018
|
2
|
13
|
10
|
10
|
6
|
6
|
05-04-2018
|
3
|
10
|
8
|
7
|
6
|
6
|
12-04-2018
|
-
|
5
|
5
|
7
|
6
|
6
|
19-04-2018
|
1
|
6
|
5
|
7
|
6
|
7
|
26-04-2018
|
2
|
6
|
6
|
8
|
7
|
7
|
Komediti :
Bougainvillea spectabilis
Parameter : Jumlah Akar
Tanggal Pengamatan
|
JUMLAH AKAR
|
|||||
Direndam Air Destilata
|
Direndam
IAA 1mg/L
|
Direndam IAA 0,1mg/L
|
||||
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
Dgn daun
|
Tanpa daun
|
|
25-11-2011
|
-
|
1
|
-
|
3
|
6
|
9
|
Pembahasan
Dalam
percobaaan inisiasa akar ini, zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan adalah
IAA Pengguunaan ZPT ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan
bunga bougenvil. Jika
dilihat dari tingkat keberhasilan dalam pertumbuhan akar, yaitu dengan melihat jumlah tunas dan
tinggi tunas yang
tumbuh maka konsentrasi ZPT haruslah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan
konsentrasi yang terlalu tinggi juga dapat merusak jaringan akar dan
memperlambat pertumbuhan dan konsentrasi ZPT yang rendahpun memperlambat
pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Endah (2002) yang menyatakan
bahwa ZPT dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan keadaannya dapat mendukung,
menghambat atau mengubah proses fisiologi tanaman.
Media
tanam yang digunakan dalam dalam percobaan ini berupa campuran topsoil dengan pasir dengan perbandingan 2 : 1 pasir digunakan bertujuan agar
tanah yang digunakan untuk media lebih gembur. Sebab akar stek yang akan tumbuh
dapat lebih mudah bergerak, karena pori-pori tanah menjadi besar. Media tanam
inipun tidak mudah padat dan dapat membantu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan literatur dari Wianta (2003) yang
menyatakan bahwa ada beberapa macam tanah yang bisa dipergunakan dalam media
tanam untuk tanaman hias antara lain tanah pasir, tanah lempung dan tanah
geluh.
Untuk
konsentrasi zpt yang digunakan adalah 1000 ppm dan 2000 ppm, 3000 ppm dan 4000
ppm, dari parameter tingi tunas, yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi
2000 ppm dengan tinggi tunas mencapai 7,7 cm, dan yang terendam pada
konsentrasi 4000 ppm yaitu hanya 4,8 cm. Dan untuk parameter jumlah tunas,
pertumbuhan jumlah tunas terbanyak pada konsentrasi 3000 ppm sebesar 4,5 dan
terendah pada konsentrasi 1000 ppm dan 4000 ppm sebesar 3 ppm. Dari data diatas
disimpulkan bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi malah dapat menghambat
pertumbuhan stekan batang bougenville Endah (2002) menyatakan bahwa ZPT
dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit dan keadaannya dapat mendukung atau
hanya dapat menghambat proses fisiologi tanaman.
Jika
dibandingkan antara tingkat keberhasilan pertumbuhan stekan bougenville antara
kontrol dengan menggunakan ZPT maka diketahui bahwa kontrol lebih rendah
pertumbuhannya dengan ZPT. Namun selisih pertumbuhannya hanya sedikit saja.
Contoh pada parameter tinggi tunas (cm) pertumbuhan stekan kontrol mencapai 7,1
cm jika dibanding dengan ZPT dengan konsentrasi 2000 ppm yang pertumbuhannya
mencapai 7,7 cm berarti selisihnya hanya 6 cm. Endah (2002) menyatakan bahwa
ZPT itu pada tanaman adalah senyawa organik yang tidak termasuk unsur hara mineral.
ZPT dibentuk secara alami oleh tanaman untuk menunjang proses fisiologinya. Ada
5 kelompok zpt yang sudah ada dalam tanaman yaitu auksin, giberellin, cytoklin,
ethylene dan inhibitor.
Untuk stek yang digunakan adalah stek
batang/cabang dari tanaman bougenville batang atau cabang yang digunakn untuk
bahan stekan sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Untuk
mempermudah pertumbuhan kita perlu mengikutkan sebagian kayu dari batang induk,
sehingga bentuk stek cabang ini tidak hanya lurus saja tetapi bertumit.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Pertumbuhan
tunas 7 minggu
setelah tanam, paling tinggi pada konsentrasi 1 mg/L sebesar 8 tunas, dan terendah pada kontrol
yaitu 2 tunas.
2.
Stek yang
digunakan sebaiknya memiliki mata tunas dan batang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua.
3.
Jumlah akar
yang paling banyak terdapat pada konsentrasi 0,1 mg/L yaitu 9 akar dan
terendah adalah direndam air destilata
dan direndam IAA 1 mg/L.
4.
Salah satu
perbanyakan yang digunakan untuk tanaman Bugenvill ini adalah dengan stek.
5.
ZPT yang
digunakan dalam percobaan ini adalah IAA.
Saran
Sebaiknya
ZPT yang digunakan tidak hanya 1 jenis saja melainkan dengan beberapa jenis ZPT
lainnya dengan konsentrasi yang sama bukan satu jenis ZPT dengan konsentrasi
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S, 2005. Tanaman Hias
Tampil Prima Penebar Swadaya; Jakarta.
Endah, H.J, 2002. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Goldsworthy, P.R, dan N. M.
Fisher, 2004, Fisiologi
Tanaman Budi Daya Tropik, Penterjemah
Tohari, UGM-Press, Jakarta.
Hopskin, W. D., 2005, Introduction to Plant Physiology, Thompson Inc,
Canada.
Lakitan, B., 2002, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rahardi, F., 2001, Bercocok Tanam Dalam Pot, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahardja, P. C. dan Wahyu, W.,
2003, Aneka Cara Memperbanyak Tanaman, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rukmana, R., 2005, Bougenville, Kanisius, Jakarta.
Sastrapradja, S, Rusdy.E.N, Saleh,
I., Maria I., Wismaniah,R., Soetomo S. dan
Lili S., 2007, Tanaman hias, Balai Pustaka,
Jakarta.
Sunaryono, 2004, Hormon Tanaman, Rajawali-press, Jakarta.
Suryowinoto, S.M., 2007, Flora Eksotika Tananam Hias
Berbunga. Kanisius, Jakarta.
Thompson,H.L. and W.C. Relly, 2007. Vegetable
Crops Mc, Craw Hill. Book company
Inc, New York.
Wianta, F.K, 2003. Tanaman Hias Ruangan, Kanisius, Jakarta.
Widianto, R., 2002, Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi, Penebar Swadaya Jakarta.
Komentar
Posting Komentar